Rabu, 11 Januari 2012

Saul dan Daud dan Hukum Katup

Penampilan bisa membuat kita kecele. Terkadang kita melihat seseorang dan kita asumsikan ia memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin yang hebat.
Ketika bangsa Israel minta diberikan seorang raja, Allah memberi mereka Saul, dan semua orang berharap Saul menjadi pemimpin yang hebat. Namun mereka melihat penampilannya sementara Allah melihat hatinya. Tidak lama kemudian, Saul, seseorang yang memiliki kuasa serta potensi, mendiskreditkan dirinya sendiri serta kepemimpinannya, dan Allah memilih seorang pemimpin baru untuk menggantikannya. Allah memilih Daud, orang pilihan-Nya.

Dua Raja Dengan Katup Kepemimpinan Yang Berbeda.

Mengapakah Saul gagal sebagai raja Israel sementara Daud, yang tampaknya lebih lemah, malah sukses? Jawabannya terdapat dalam hukum katup. Kemampuan memimpin menentukan tingkat keefektivan seseorang. Sementara Daud berusaha menjadi pemimpin yang lebih baik dan mengalami banyak pengalaman yang membuka katupnya, sikap Saul justru membuat katup kepemimpinannya tertutup rapat.
Perhatikanlah jalan serupa yang mereka lalui:

1. Keduanya sama-sama mendapat nasehat dari orang-orang kudus.

Pengurapan serta kesempatan yang diberikan kepada Saul dan Daud sungguh serupa. Keduanya diurapi oleh Samuel, hakim trakhir dari bangsa Ibrani. Dan keduanya sama-sama menerima manfaat nasihat kudus - Saul menerimanya dari Samuel, dan Daud menerimanya dari Samuel dan belakangan dari nabi Natan. Namun lihatlah betapa bedanya pemerintahan mereka sebagai raja.
Saul tidak pernah benar-benar memahami sifat kepemimpinan. Ketika ia diurapi menjadi raja, ia malah bersembunyi dari rakyatnya.
Daud sebaliknya, memanfaatkan peluang untuk bertumbuh dalam kepemimpinan. Ia belajar menjadi pahlawan. Ia bangun pasukan yang kuat dan ia taklukkan musuh-musuhnya.

2. Keduanya sama-sama menghadapi tantangan besar

Setiap pemimpin menghadapi hambatan, ujian dan cobaan. Saul dan Daud terkadang menghadapi tantangan yang sama. Umpamanya, Goliat. Ketika orang Filistin yang raksasa itu menantang bangsa Israel, baik Saul maupun Daud sama-sama mendengar soal tantangan itu. Saul, pahlawan Israel yang paling hebat, yang sesungguhnya harus menghadapi sang raksasa dalam pertempuran, bersikap reaktif dengan bersembunyi ketakutan. Sementara Daud, yang ketika itu masih remaja, malah antusias menghadapi tantangan tersebut dan memenangkan kehormatan dari Allah.

3. Keduanya sama-sama memiliki pilihan untuk berubah dan bertumbuh

Rekasi keduanya yang sangat berbeda ketika menghadapi tantangan sungguh mencirikan perbedaan di antara Saul dan Daud. Ketika Saul secara keras kepala mempersembahkan korban bakaran kepada Allah, Samuel menegornya. Kitab Suci tidak menceritakan bagaimana kelanjutannya.
Sebaliknya, reaksi Daud terhadap dosanya, sangat berbeda. Setelah berselingkuh dengan Batsyeba serta mengutus suami Batsyeba menuju ajalnya, Natan menegor Daud, dan raja ini dengan penuh kesedihan bertobat.

Interaksi Daud dengan Natan mencerminkan sikapnya. Ia tidak pernah takut mengakui kelemahan-kelemahannya, memohon ampun dan berkat kepada Allah, serta memperbaiki diri. Inilah alasannya mengapa katup kepemimpinannya terus terbuka semakin tinggi.

Kita semua bisa belajar dari Daud. Kalau kita ingin mencapai potensi kita dan menjadi orang seperti yang dikehendaki Allah, kita perlu membuka katup ini tinggi-tinggi. Itulah satu-satunya jalan untuk menuju ke tingkatan selanjutnya.

Penulis: John C. Maxwell
Buku: 21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-hari Pemimpin Sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar